Di Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai, terdapat salah satu desa yang punya nama unik yaitu Tanjung Harap. Berdasarkan informasi dan cerita yang diwariskan oleh tetua masyarakat Desa Tanjung Harap, desa ini memiliki sejarah panjang yang dimulai sebelum masa kemerdekaan Indonesia, tepatnya semasa penjajahan Belanda. Kala itu, Desa Tanjung Harap masih berupa daratan kosong yang terletak di dekat kota kejuruan. Wilayah kejuruan pada masa itu dipimpin oleh seorang Datok Bangsawan Melayu, atau Tengku, yang memiliki kekuasaan atas wilayah tersebut.
Menurut kisah yang beredar di masyarakat, pembukaan kampung Desa Tanjung Harap dilakukan oleh para buruh kontrak yang berasal dari Jawa. Mereka datang ke Sumatera untuk bekerja di kebun Serba Jadi sebagai karyawan kontrak. Karena mereka hanya bekerja setengah hari di perkebunan, waktu senggang setelah pulang dari kerja dimanfaatkan untuk membuka dan menggarap lahan kosong di sekitar perkebunan. Beberapa di antara mereka bahkan menyewa lahan tersebut dari kaum bangsawan Melayu (Tengku).

Para buruh kontrak ini tidak hanya bekerja keras di perkebunan, tetapi juga tekun mengolah tanah yang mereka garap. Mereka menanam palawija dan berbagai jenis tanaman keras yang dapat tumbuh subur di tanah Sumatera. Seiring waktu, sebagian dari mereka mampu membeli tanah dari para Tengku, sehingga lahan yang sebelumnya mereka sewa, kini menjadi milik mereka sendiri. Ketika masa kontrak mereka berakhir atau mereka pensiun dari perkebunan, banyak di antara mereka yang memilih untuk tetap tinggal di Sumatera, alih-alih kembali ke kampung halaman mereka di Jawa.
Awalnya, hanya ada beberapa Kepala Rumah Tangga yang menetap di Desa Tanjung Harap. Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah penduduk di desa ini bertambah. Para buruh kontrak yang menetap mulai berkeluarga dan berbaur dengan penduduk asli, termasuk keluarga para bangsawan Melayu (Datok Tengku) dan juga Nyai Belanda (istri atau selir para bangsawan Belanda). Perpaduan budaya dan hubungan yang harmonis antara pendatang dan penduduk asli membuat Desa Tanjung Harap tumbuh menjadi komunitas yang erat dan kuat.
Nama Desa Tanjung Harap memiliki cerita yang unik. Dahulu, di wilayah Kejuruan Serba Jadi yang diperintah oleh Datok Santun Setia Raja, terdapat satu keluarga yang menetap di sebuah daratan tinggi berbukit. Daerah tersebut dikelilingi oleh dataran rendah berair yang menyerupai danau, dan penduduk menyebutnya dengan nama Tanjung. Keluarga tersebut diketahui menderita penyakit kulit yang oleh masyarakat sekitar disebut sebagai penyakit kurap. Akibatnya, kampung tempat keluarga tersebut tinggal diberi nama Kampung Tanjung Kurap.
Ketika Datok Santun Setia Raja mendengar bahwa di wilayah Kejuruan Serba Jadi terdapat kampung dengan nama yang kurang sedap didengar, yaitu Kampung Tanjung Kurap, beliau merasa tidak nyaman. Untuk menjaga nama baik wilayah kejuruan, Datok memerintahkan punggawa kejuruan untuk memanggil Kepala Kampung dan memberitahukan bahwa nama Kampung Tanjung Kurap harus diganti. Dengan tegas, Datok Santun Setia Raja mengubah nama kampung tersebut menjadi Kampung Tanjung Harap. Sejak saat itu, Kampung Tanjung Kurap resmi berganti nama menjadi Kampung Tanjung Harap, sebuah nama yang mengandung harapan akan masa depan yang lebih baik.
Seiring berjalannya waktu, perubahan zaman turut memengaruhi perkembangan wilayah di sekitar Desa Tanjung Harap. Beberapa kampung di sekitarnya seperti Kampung Tanjung Buah, Kampung Tanjung Batak, Kampung Tanjung Ja’is, Kampung Tanjung Anom, Kampung Tempel, dan Kampung Tanjung Sari mulai bergabung dengan Kampung Tanjung Harap. Proses penggabungan ini dilakukan untuk membentuk sebuah desa yang lebih besar dan terstruktur dengan lima dusun, yaitu:
1. Kampung Tanjung Harap dan Kampung Tanjung Ja’is menjadi Dusun I
2. Kampung Tanjung Buah dan Kampung Tanjung Batak menjadi Dusun II
3. Kampung Tanjung Anom menjadi Dusun III
4. Kampung Tempel menjadi Dusun IV
5. Kampung Tanjung Sari menjadi Dusun V
Desa Tanjung Harap kini menjadi sebuah desa yang kaya akan warisan budaya dan nilai-nilai kebersamaan. Penduduknya terdiri dari berbagai latar belakang etnis dan budaya yang hidup harmonis berdampingan. Nilai gotong royong dan saling membantu masih kuat dipegang oleh masyarakat desa ini. Selain itu, berbagai tradisi dan adat istiadat lokal tetap dijaga dan dilestarikan, menjadikan Desa Tanjung Harap sebagai salah satu contoh desa yang berhasil menjaga identitas budaya sambil terus berkembang mengikuti perubahan zaman. (Berbagai sumber/MC Sergai/Ini Sergai Loh).