Mediacenter

Tanjung Maria: Menelusuri Jejak Sejarah dan Warisan Budaya di Tengah Perkebunan Karet

Desa Tanjung Maria, terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Desa ini menyimpan sejarah panjang dan kaya akan budaya. Meskipun kini desa ini berada di dalam kawasan perkebunan karet yang dikelola oleh PT. Socfindo, jejak masa lalunya masih terasa kuat dan menjadi bagian penting dari identitas masyarakat setempat.

Nama Tanjung Maria bukanlah sekadar nama tanpa makna. Namun Menurut cerita rakyat yang berkembang di kalangan masyarakat setempat, desa ini awalnya dikenal dengan nama Tanjung Parang, yang memiliki arti “tanjung golok”. Nama ini bukan tanpa alasan. Pada masa lampau, Tanjung Parang menjadi saksi bisu dari berbagai pertempuran antar jawara kampung yang saling menguji kekuatan dan kesaktian mereka. Pertarungan ini tidak hanya menarik perhatian warga sekitar, tetapi juga mengundang kedatangan masyarakat dari desa-desa lain yang ingin menyaksikan aksi para pendekar.

Seiring berjalannya waktu, popularitas Tanjung Parang sebagai tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki kempampuan bertarung mulai dikenal luas. Masyarakat yang datang berbondong-bondong untuk menyaksikan adu kesaktian ini menggambarkan betapa “meriah” suasana di desa tersebut. Karena keramaian dan meriahnya suasana inilah, nama desa tersebut kemudian berganti menjadi Tanjung Maria, yang hingga kini tetap melekat sebagai identitas desa tersebut.

Sebelum menjadi bagian dari perkebunan karet, wilayah yang kini dikenal sebagai Desa Tanjung Maria dulunya hanya dihuni oleh dua etnis asli, yakni Melayu dan beberapa kepala keluarga dari suku Batak Simalungun. Kehidupan masyarakat pada masa itu dipimpin oleh seorang tokoh adat yang dikenal sebagai Datuk Sibarau, yang juga menjadi pemimpin di wilayah sekitar. Datuk Sibarau memiliki peran penting dalam mengatur kehidupan sosial dan budaya masyarakat, serta menjaga keharmonisan antar etnis yang ada.

Desa yang kini berjarak sekitar 2 kilometer dari Tanjung Maria, yaitu Kampung Sibarau, menjadi saksi bisu dari masa kejayaan kepemimpinan Datuk Sibarau. Nama dan keberadaan desa ini tetap dihormati oleh masyarakat sekitar sebagai bagian dari sejarah panjang yang tidak bisa dipisahkan dari Tanjung Maria.

Seiring berjalannya waktu, Tanjung Maria mengalami perubahan signifikan ketika wilayahnya mulai dimasukkan ke dalam area perkebunan karet yang dikelola oleh PT. Socfindo. Kehadiran perkebunan ini membawa dampak besar terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat desa. Banyak warga yang kemudian bekerja sebagai buruh di perkebunan, menjadikan sektor ini sebagai sumber penghidupan utama bagi sebagian besar penduduk.

Namun, meskipun kehidupan masyarakat Tanjung Maria kini sangat bergantung pada perkebunan karet, nilai-nilai budaya dan sejarah yang telah diwariskan dari generasi ke generasi tetap dipertahankan. Masyarakat desa masih menjaga tradisi dan adat istiadat yang telah menjadi bagian dari identitas mereka, meskipun di tengah arus modernisasi yang terus berkembang.

Desa Tanjung Maria bukan hanya sekadar sebuah desa di dalam perkebunan karet, tetapi juga merupakan tempat yang kaya akan sejarah dan budaya. Asal usul nama desa ini yang berasal dari kisah para jawara kampung hingga peran penting tokoh adat seperti Datuk Sibarau, semuanya merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Tanjung Maria. Meskipun kini desa ini telah mengalami banyak perubahan, nilai-nilai warisan leluhur tetap dijaga dan dilestarikan oleh masyarakatnya, menjadikan Tanjung Maria sebagai desa yang unik dan bersejarah di Kabupaten Serdang Bedagai. (Berbagai Sumber/Ini Sergai Loh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts