Mengais Limbah Lidi Kelapa Sawit Jadi Bernilai Ekonomis

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) adalah kabupaten yang kaya akan sumber daya alam (SDA), termasuk perkebunan kelapa sawit. Tentu kita ketahui bahwa Sumatera Utara memegang urutan ke-2 (dua) setelah Riau dalam hal luas area perkebunan. Dari kelapa sawit inilah, lidi (batang daun) bisa dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk turunan yang bernilai ekonomis.

Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki perkebunan sawit cukup luas, jika dibandingkan beberapa kabupaten di Sumatera Utara. Dilansir dari Tabloidsinartani.com, saat ini luas perkebunan sawit rakyat mencapai 11.996,70 ha, perkebunan PTPN seluas 27.537,69 ha, perkebunan swasta nasional sekitar 19.515,32 ha dan perkebunan swasta asing sebesar 6.152,68 ha.

Banyak dari kita yang menyepelekan lidi kelapa sawit, padahal jika kita kaji, ada banyak manfaat dari bahan baku lidi kepala sawit, yang nantinya dapat menambah income (pendapatan) masyarakat dan tentu ini dapat mendorong perekonomian. Bayangkan saja jika dalam 1 pohon kelapa sawit terdapat 3 pelepah yang diambil dalam 1 (satu) bulan, dan kita manfaatkan lidinya dari tiap-tiap pelepah tersebut, maka berapa banyak lidi yang akan kita dapatkan dari setiap pohon kelapa sawit yang bisa kita manfaatkan.

Ternyata limbah lidi kelapa sawit ini tak hanya dimanfaatkan menjadi sapu atau tusuk sate saja, tetapi lidi kelapa sawit bisa disulap menjadi berbagai produk kerajinan tangan yang menarik dan unik yang mampu menarik perhatian konsumen. Tentunya hal ini perlu dibarengi dengan pemasaran yang optimal, dan perlu dukungan dari Pemerintah Daerah, karena pada umumnya pengerajin limbah lidi kelapa sawit ini banyak yang berdomisili di kawasan perkebunan dan pedaleman atau pedesaan.

Masih dilansir dari Tabloidsinartani.com, masyarakat di Kecamatan Serba Jadi dan Pegajahan yang memanfaatkan daun sawit untuk diambil lidinya menjadi tambahan usaha keluarga. Salah satunya, seorang warga Pegajahan yang bernama Suhariono yang telah 2 tahun menekuni pekerjaannya sebagai pengumpul lidi.

Suhariono mengungkapkan, lidi sawit ini setiap 2 minggu dikirim ke Pakistan melalui pengumpul gudang besar di Medan. Lanjutnya lagi, untuk harga lidi sawit di tingkat pengrajin antara Rp 2.000 – 4000/kg. Namun harga ini bisa berubah tergantung cuaca dan permintaan eksportir

Untuk membuat limbah lidi sawit ini menjadi sebuah kerajinan tangan yang menarik, dibutuhkan ketekunan dan sentuhan kreativitas serta kesabaran. Memang tidak mudah untuk setiap orang melakukannya apalagi orang awam seperti kita yang tidak menekuni dan tidak terbiasa.

Limbah lidi sawit ini bisa dibuat menjadi aneka bentuk suvenir, seperti piring tempat buah, parcel, mangkok nasi, bahkan lampu-lampu hias yang sangat unik, sehingga tidak hanya monoton dijadikan sebagai bahan untuk membuat sapu lidi saja.

Dengan kerajinan tangan yang mampu menarik konsumen ini, akan sangat menambah pendapatan rumah tangga, dan jika banyak permintaan tentu membutuhkan karyawan dan pada akhirnya usaha ini akan mampu menyerap tenaga kerja, sehingga bisa mengurangi pengangguran di Bumi Sergai karena terbukanya lapangan kerja.
Wah…bisa nih sobat ya kita manfaatkan limbah sawit (lidi) menjadi beraneka ragam kerajinan yang bernilai ekonomis.

Nah untuk kita yang masih muda dan penerus bangsa, mari kita ciptakan lapangan pekerjaan, dengan salah satunya mengolah bahan atau benda yang ada di sekitar kita menjadi produk bermanfaat dan diminati orang. Jadilah entrepreneur yang mampu membuka lapangan pekerjaan, sehingga ikut berperan dalam mengurangi angka pengangguran di Sergai. (Berbagai sumber/KAMI Sergai)

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Scroll to Top