Mediacenter

Pergulaan: Desa Bersejarah di Tengah Perkebunan, Antara Warisan Kolonial dan Perjuangan Warga

Terletak di Kecamatan Sei Rampah, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara, Desa Pergulaan merupakan salah satu desa yang sarat dengan sejarah dan dinamika sosial yang terus berkembang hingga saat ini. Desa ini tidak hanya dikenal karena penduduknya yang mayoritas adalah petani, tetapi juga karena posisinya yang berada di tengah wilayah perkebunan besar, yang memiliki kaitan erat dengan masa kolonial Belanda. Sejarah Pergulaan menjadi cermin dari perubahan yang terjadi selama ratusan tahun, dari masa penjajahan hingga era modern saat ini.

Desa Pergulaan memiliki jumlah penduduk sekitar 3.457 jiwa pada tahun 2017. Mayoritas penduduk desa ini bekerja sebagai petani, menggarap lahan yang subur dengan berbagai tanaman pangan dan perkebunan. Kehidupan ekonomi desa sangat bergantung pada sektor pertanian, dengan sebagian besar hasil pertanian yang dijual ke pasar lokal dan kota terdekat.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman, tantangan bagi para petani di Pergulaan semakin besar. Harga komoditas yang fluktuatif, akses pasar yang terbatas, dan persaingan dengan hasil perkebunan besar yang ada di sekitar desa menjadi beberapa kendala yang harus dihadapi oleh warga. Meski demikian, semangat gotong royong dan kerja keras masih menjadi nilai utama yang dipegang teguh oleh masyarakat Desa Pergulaan.

Sejarah Desa Pergulaan tidak lepas dari masa kolonial Belanda. Desa ini didirikan sekitar akhir abad ke-18, ketika penguasa kolonial Belanda membawa para pekerja dari Pulau Jawa untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar yang dibuka di wilayah Sumatera Utara. Para pekerja tersebut, yang dikenal sebagai kuli kontrak, ditempatkan di area yang kini dikenal sebagai Desa Pergulaan.

Pada masa itu, Belanda menguasai hampir seluruh lahan di wilayah ini, menjadikannya bagian dari konsesi perkebunan besar yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan Eropa. Setelah kemerdekaan Indonesia, pengelolaan perkebunan ini beralih ke tangan pemerintah Indonesia, namun jejak-jejak kolonial masih terlihat jelas hingga hari ini. Salah satu perusahaan yang saat ini mengelola perkebunan di wilayah Pergulaan adalah PT. London Sumatera Tbk (Lonsum), yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang luas di sekitar desa.

Desa Pergulaan terbagi menjadi enam dusun, salah satunya adalah Dusun Kampung Dadap. Kampung Dadap memiliki posisi strategis karena berbatasan langsung dengan Perkebunan Sinah Kasih, yang dikelola oleh PT. SOELOENG LAOET.

Desa Pergulaan masih mempertahankan kekayaan budaya dan tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Nilai-nilai kekeluargaan dan kebersamaan sangat dijunjung tinggi di sini, terlihat dari berbagai kegiatan sosial dan keagamaan yang rutin diadakan oleh warga.

Desa Pergulaan, dengan segala dinamika dan tantangannya, merupakan cerminan dari perjalanan sejarah panjang yang penuh liku. Sejarah kolonial yang kelam, perjuangan warga dalam mempertahankan lahan mereka, serta potensi besar yang dimiliki desa ini, semuanya menyatu dalam kehidupan sehari-hari warga Pergulaan.(Berbagai sumber/Ini Sergai Loh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts