Mediacenter

Asal Usul Pantai Cermin Serdang Bedagai

Siapa yang tidak kenal dengan Pantai Cermin?

Seperti yang kita ketahui bersama, Pantai Cermin adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Selain dikenal sebagai salah satu kecamatan, Pantai Cermin juga dikenal luas oleh masyarakat sebagai destinasi pariwisata bahari yang dimiliki Kabupaten Serdang Bedagai. Pantai ini acap menjadi pilihan tempat berwisata masyarakat, baik lokal maupun dari luar daerah. Namun ada cerita menarik yang melatari nama kawasan ini.

Dikutip dari buku Asal Usul Bunga Rampai Cerita Rakyat Sumatera Utara yang diterbitkan oleh Balai Bahasa Provinsi Sumut (2015), terdapat sebuah dongeng menarik tentang asal usul Pantai Cermin yang berasal dari kisah seorang putri bernama Sri Putih Cermin.

Sri Putih Cermin digambarkan sebagai seorang putri yang semampai, gagah perkasa, dan mewarisi sifat-sifat dari ayahnya. Sebagai anak bangsawan, dia dibesarkan di dalam istana Kerajaan Langka Pura yang terletak di dekat Kota Pari, dekat Pantai Cermin, Serdangbedagai saat ini.

Seiring bertambahnya usia, Sri Putih Cermin dibawa oleh ayahnya untuk menuntut ilmu kepada seorang guru yang berada di daerah Deliserdang. Pada masa itu, perdagangan di wilayah tersebut dikuasai oleh orang-orang dari daerah pesisir pantai yang disebut Malaka, yang dalam bahasa Melayu berarti air. Air sungai, air muara, air laut, termasuk air masin, menjadi bagian penting dari kehidupan orang Melayu. Sungai merupakan urat nadi bagi masyarakat Melayu.

Ketika Sri Putih Cermin beranjak dewasa, datanglah seorang raja dari kerajaan lain, tetangga dari seberang. Tidak diketahui apakah raja tersebut berasal dari Malaysia atau dari daerah selatan, tetapi tujuan kedatangannya adalah untuk meminang Sri Putih Cermin. Namun, sang putri menolak lamaran tersebut dengan tegas, “Kalau bisa saya menikah dengan putra daerah sini sajalah ya, Ayahanda,” pintanya pada ayahnya. Sang ayah setuju dengan permintaan putrinya.

Penolakan tersebut membuat raja dari kerajaan seberang marah. Dia berencana menculik Sri Putih Cermin dan merampas Kerajaan Langka Pura. Meskipun tahu betapa kuatnya angkatan perang dari kerajaan seberang, Raja Langka Pura tidak pernah gentar dengan ancaman tersebut. Perang besar pun tak terelakkan. Tujuh hari tujuh malam berlangsung pertarungan hebat. Semua prajurit andal dikerahkan, dan segala macam meriam ditembakkan. Namun, akhirnya, Kerajaan Langka Pura kalah dalam perang tersebut.

Sri Putih Cermin merasa risau dan sangat sedih atas kekalahan tersebut. Dia menolak mentah-mentah untuk menjadi istri raja dari seberang. Putri Sri Putih Cermin akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Kerajaan Langka Pura yang telah takluk. Dalam kisahnya, disebutkan bahwa sang putri naik ke kayangan, ke negeri awan. Setiap saat, Sri Putih Cermin bersedih, meratap, dan meraung karena tidak bisa kembali lagi ke bumi Langka Pura, kerajaannya.

Menurut cerita, air mata dari tangisan Sri Putih Cermin berderai jatuh ke bumi dan kemudian berubah menjadi pasir. Pasir tersebut menumpuk di pantai dan lama-kelamaan berubah seperti cermin, seperti kaca. Pasir yang merupakan tetesan air mata Sri Putih Cermin itu terhampar di sepanjang pantai. Pantai inilah yang kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai Pantai Cermin.

Cerita rakyat ini tidak hanya memberikan gambaran tentang asal usul Pantai Cermin, tetapi juga menggambarkan kekuatan dan keberanian seorang putri yang mempertahankan prinsip dan kehormatannya. Hingga kini, Pantai Cermin tetap menjadi saksi bisu dari legenda Sri Putih Cermin yang abadi dalam cerita rakyat Serdang Bedagai. (Berbagai sumber/MC Sergai/Ini Sergai Loh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts