Mediacenter

Masjid Jamik Pekan Dolok Masihul: Pusat Keagamaan dan Warisan Budaya Melayu

Di tengah hiruk-pikuk Kecamatan Dolok Masihul, berdirilah sebuah bangunan megah yang penuh dengan nilai sejarah dan kebudayaan. Masjid Jamik Pekan Dolok Masihul, salah satu masjid besar dan bersejarah di Kabupaten Serdang Bedagai. Saat ini, pengelolaan masjid berada di bawah tanggung jawab Badan Kemakmuran Masjid (BKM), yang secara konsisten memastikan kondisi fisik masjid tetap terjaga dengan baik melalui perawatan rutin dan berkelanjutan.

Secara arsitektural, Masjid Jamik mencerminkan kekhasan budaya Melayu yang ditandai dengan warna kuning pada cat masjid, yang melambangkan kejayaan bangsa Melayu, dan warna hijau yang melambangkan kesucian Islam. Keindahan dan keunikan arsitektur ini tidak hanya menjadikan masjid sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai saksi bisu dari sejarah panjang peradaban Islam di Dolok Masihul.

Masjid ini juga menjadi bukti nyata bahwa wilayah ini pernah berada di bawah naungan Kerajaan Bedagai yang terkenal dengan sejarah dan budayanya yang kaya. Namun, seiring berjalannya waktu, bentuk fisik masjid mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hanya posisi atau letak masjid yang tetap mempertahankan lokasi awal pendiriannya. Perubahan ini sebagian besar disebabkan oleh kebutuhan akan renovasi dan penyesuaian dengan perkembangan zaman.

Setiap tahunnya, Masjid Jamik menjadi pusat berbagai kegiatan keagamaan di Kecamatan Dolok Masihul. Salah satu acara tahunan yang sangat dinantikan adalah penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an tingkat kecamatan. Acara ini menarik perhatian banyak peserta dan penonton dari berbagai penjuru, menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan keagamaan yang meriah. Selain itu, peringatan 1 Muharram juga menjadi salah satu kegiatan utama yang diadakan di masjid ini. Pada peringatan tersebut, diadakan pawai obor yang diikuti oleh masyarakat dari berbagai kalangan, serta tradisi bubur pedas yang dilaksanakan pada 10 Muharram. Tradisi bubur pedas ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat dan tetap dipertahankan hingga kini, meskipun sempat terhenti selama pandemi COVID-19 yang mewabah secara global beberapa tahun yang lalu. Ishak Janggawirana, seorang warga Dolok Masihul, mengungkapkan bahwa tradisi ini masih tetap dipertahankan masyarakat sampai sekarang, meskipun sempat dihentikan sementara pada saat wabah corona menyebar.

Selain menjadi pusat peringatan hari-hari besar Islam, Masjid Jamik juga menjadi tempat berbagai kegiatan keagamaan dan sosial yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Masjid ini menjadi tempat berkumpul dan melaksanakan kegiatan bagi jama’ah tabligh Kecamatan Dolok Masihul. Setiap malam Sabtu, diadakan pengajian yang diikuti oleh warga sekitar, memberikan ruang bagi masyarakat untuk memperdalam ilmu agama dan mempererat tali silaturahim. Setiap subuh, diadakan gerakan subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan tausiah, memberikan kesempatan bagi jamaah untuk mendapatkan pencerahan rohani dan motivasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Masjid ini juga berfungsi sebagai balai silaturahim, tempat untuk kegiatan peringatan Islam dan mempererat silaturahim antarwarga.

Selain itu, Masjid Jamik menjadi tempat penyaluran santunan kepada anak yatim dan tempat berkumpul bagi keluarga santri dari pesantren Babul Izzah yang berada di Kelurahan Pekan Dolok Masihul. Fungsi sosial masjid ini sangat penting dalam memperkuat ikatan sosial di masyarakat, membantu mereka yang membutuhkan, dan mendukung pendidikan agama bagi generasi muda. Dengan berbagai kegiatan tersebut, Masjid Jamik Pekan Dolok Masihul tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan sosial dan budaya yang menguatkan ikatan antarwarga dan mempertahankan tradisi Islam serta budaya Melayu di tengah modernisasi.

Peran masjid ini sangat penting dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya serta nilai-nilai keislaman di Kecamatan Dolok Masihul. Seiring dengan perkembangan zaman, penting bagi masyarakat dan pengelola masjid untuk terus menjaga dan merawat masjid ini, baik dari segi fisik maupun nilai sejarahnya, agar tetap menjadi simbol kebanggaan dan pusat kegiatan keagamaan bagi generasi yang akan datang. (Berbagai sumber/MC Sergai/Ini Sergai Loh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts