Mediacenter

Aruh Mulud: Merayakan Maulid Nabi dengan Kearifan Lokal Banjar di Serdang Bedagai

Aruh Mulud, atau yang juga dikenal dengan Kenduri Mulud, adalah sebuah tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan oleh masyarakat Banjar di Desa Lubuk Cemara, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tradisi ini merupakan perpaduan unik antara ritual keagamaan Islam dengan adat istiadat Banjar. Aruh Mulud tidak hanya menjadi momen untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memiliki makna simbolik yang mendalam, baik dari segi sosial maupun religius.

Dari segi sosial, Aruh Mulud menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan antarwarga Banjar, baik yang tinggal di desa tersebut maupun di desa-desa sekitarnya. Selain itu, Aruh Mulud juga menjadi wadah interaksi sosial dengan masyarakat dari suku bangsa lain yang tinggal di Serdang Bedagai, seperti suku Jawa, Batak, dan Melayu.

Hal ini menunjukkan bahwa Aruh Mulud tidak hanya menjadi acara internal masyarakat Banjar, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat kerukunan antar etnis di wilayah tersebut. Interaksi ini menciptakan suasana harmonis dan memperkaya kehidupan sosial masyarakat di Desa Lubuk Cemara. Melalui Aruh Mulud, warga dari berbagai latar belakang budaya dapat berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat tali persaudaraan, memperkokoh ikatan sosial di antara mereka.

Selain itu, Aruh Mulud juga berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Banjar kepada generasi muda. Dalam perayaan ini, disajikan berbagai hidangan khas Banjar, seperti nasi kuning, Lapat, Ampal Hiang, Ampal Habang, dan sayuran nanas. Penyajian hidangan khas ini tidak hanya memanjakan lidah para peserta, tetapi juga menjadi cara untuk mengenalkan kekayaan kuliner Banjar kepada generasi muda dan masyarakat dari suku bangsa lain. Hidangan-hidangan ini merupakan bagian penting dari identitas budaya Banjar dan menyampaikan nilai-nilai tradisional yang kaya akan makna. Generasi muda diajak untuk mengenali, menghargai, dan melestarikan warisan kuliner yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Dari segi religius, Aruh Mulud merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Banjar kepada Allah SWT atas nikmat dan keberkahan yang telah diberikan. Selain itu, tradisi ini juga menjadi momen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT melalui pembacaan Al-Quran, ceramah agama, dan doa bersama. Acara ini diawali dengan sarapan bersama di rumah warga yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah, diikuti dengan rangkaian kegiatan di masjid yang meliputi pembacaan Al-Quran, marhaban, sambutan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama, ceramah agama, dan ditutup dengan doa bersama. Setelah acara di masjid selesai, masyarakat kembali ke rumah tuan rumah untuk menikmati hidangan khas Banjar bersama-sama. Momentum religius ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual antara sesama Muslim, tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam dan menguatkan ketakwaan individu kepada Allah SWT.

Tradisi Aruh Mulud di Serdang Bedagai ini merupakan bukti nyata dari kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Aruh Mulud tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi simbol kerukunan antar etnis dan sarana pelestarian budaya. Keberadaan tradisi ini diharapkan dapat terus dipertahankan dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian penting dari identitas masyarakat Banjar di Serdang Bedagai. Dalam konteks yang lebih luas, Aruh Mulud juga memperlihatkan bagaimana tradisi lokal dapat menjadi jembatan antara berbagai kelompok masyarakat, memperkuat ikatan sosial, dan memperkaya kehidupan budaya di Indonesia. Melalui pelestarian dan pengenalan tradisi ini, generasi muda diajak untuk menghargai dan merawat warisan budaya yang telah menjadi bagian integral dari sejarah dan identitas mereka.

Juli warga Kecamatan Teluk Mengkudu menyampaikan rasa senangnya jika menghadiri acara Aruh Mulud masyarakat Suku Banjar ini. Pasalnya dalam kegiatan itu terdapat sangat ramai. Masyarakat berbaur makan bersama dengan menu yang beraneka ragam dan tentunya khas Banjar.

“Di Kabupaten Serdang Bedagai ini beragam adat dan budaya yang masih dilestarikan dengan baik. Sebagai masyarakat kita patut berbangga dengan adat budaya yang kita miliki ini,” tuturnya. (MC Sergai/Ini Sergai Loh).

Aruh Mulud: Merayakan Maulid Nabi dengan Kearifan Lokal Banjar di Serdang Bedagai

Aruh Mulud, atau yang juga dikenal dengan Kenduri Mulud, adalah sebuah tradisi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan oleh masyarakat Banjar di Desa Lubuk Cemara, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Tradisi ini merupakan perpaduan unik antara ritual keagamaan Islam dengan adat istiadat Banjar. Aruh Mulud tidak hanya menjadi momen untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, tetapi juga memiliki makna simbolik yang mendalam, baik dari segi sosial maupun religius.

Dari segi sosial, Aruh Mulud menjadi ajang silaturahmi yang mempererat hubungan antarwarga Banjar, baik yang tinggal di desa tersebut maupun di desa-desa sekitarnya. Selain itu, Aruh Mulud juga menjadi wadah interaksi sosial dengan masyarakat dari suku bangsa lain yang tinggal di Serdang Bedagai, seperti suku Jawa, Batak, dan Melayu.

Hal ini menunjukkan bahwa Aruh Mulud tidak hanya menjadi acara internal masyarakat Banjar, tetapi juga menjadi sarana untuk memperkuat kerukunan antar etnis di wilayah tersebut. Interaksi ini menciptakan suasana harmonis dan memperkaya kehidupan sosial masyarakat di Desa Lubuk Cemara. Melalui Aruh Mulud, warga dari berbagai latar belakang budaya dapat berkumpul, berbagi cerita, dan mempererat tali persaudaraan, memperkokoh ikatan sosial di antara mereka.

Selain itu, Aruh Mulud juga berfungsi sebagai sarana untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Banjar kepada generasi muda. Dalam perayaan ini, disajikan berbagai hidangan khas Banjar, seperti nasi kuning, Lapat, Ampal Hiang, Ampal Habang, dan sayuran nanas. Penyajian hidangan khas ini tidak hanya memanjakan lidah para peserta, tetapi juga menjadi cara untuk mengenalkan kekayaan kuliner Banjar kepada generasi muda dan masyarakat dari suku bangsa lain. Hidangan-hidangan ini merupakan bagian penting dari identitas budaya Banjar dan menyampaikan nilai-nilai tradisional yang kaya akan makna. Generasi muda diajak untuk mengenali, menghargai, dan melestarikan warisan kuliner yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Dari segi religius, Aruh Mulud merupakan ungkapan rasa syukur masyarakat Banjar kepada Allah SWT atas nikmat dan keberkahan yang telah diberikan. Selain itu, tradisi ini juga menjadi momen untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT melalui pembacaan Al-Quran, ceramah agama, dan doa bersama. Acara ini diawali dengan sarapan bersama di rumah warga yang telah ditunjuk sebagai tuan rumah, diikuti dengan rangkaian kegiatan di masjid yang meliputi pembacaan Al-Quran, marhaban, sambutan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama, ceramah agama, dan ditutup dengan doa bersama. Setelah acara di masjid selesai, masyarakat kembali ke rumah tuan rumah untuk menikmati hidangan khas Banjar bersama-sama. Momentum religius ini tidak hanya memperkuat ikatan spiritual antara sesama Muslim, tetapi juga menjadi sarana untuk memperdalam pemahaman tentang ajaran Islam dan menguatkan ketakwaan individu kepada Allah SWT.

Tradisi Aruh Mulud di Serdang Bedagai ini merupakan bukti nyata dari kekayaan budaya Indonesia yang beragam. Aruh Mulud tidak hanya menjadi perayaan keagamaan, tetapi juga menjadi simbol kerukunan antar etnis dan sarana pelestarian budaya. Keberadaan tradisi ini diharapkan dapat terus dipertahankan dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bagian penting dari identitas masyarakat Banjar di Serdang Bedagai. Dalam konteks yang lebih luas, Aruh Mulud juga memperlihatkan bagaimana tradisi lokal dapat menjadi jembatan antara berbagai kelompok masyarakat, memperkuat ikatan sosial, dan memperkaya kehidupan budaya di Indonesia. Melalui pelestarian dan pengenalan tradisi ini, generasi muda diajak untuk menghargai dan merawat warisan budaya yang telah menjadi bagian integral dari sejarah dan identitas mereka.

Juli warga Kecamatan Teluk Mengkudu menyampaikan rasa senangnya jika menghadiri acara Aruh Mulud masyarakat Suku Banjar ini. Pasalnya dalam kegiatan itu terdapat sangat ramai. Masyarakat berbaur makan bersama dengan menu yang beraneka ragam dan tentunya khas Banjar.

“Di Kabupaten Serdang Bedagai ini beragam adat dan budaya yang masih dilestarikan dengan baik. Sebagai masyarakat kita patut berbangga dengan adat budaya yang kita miliki ini,” tuturnya. (MC Sergai/Ini Sergai Loh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts