Mediacenter

Legenda Pohon Berusia 200 Tahun dan Asal-usul Nama Desa Kayu Besar

Desa Kayu Besar, sebuah desa di Kecamatan Bandar Khalifah, Kabupaten Serdang Bedagai, memiliki sejarah yang unik dan kaya akan cerita lokal. Desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Batubara. Nama “Kayu Besar” sendiri diambil dari sebuah pohon besar yang konon usianya sudah hampir mencapai 200 tahun. Pohon ini juga telah menjadi ikon serta penunjuk arah bagi para nelayan setempat. Pohon ini berdiri megah tepat di sebelah kantor Desa Kayu Besar. Bentuknya yang menjulang karena memiliki tinggi mencapai 60 meter. Hal ini membuatnya terlihat jelas dari laut.

Menurut R. Banjarnahor, salah satu warga setempat, jenis pohon besar tersebut tidak diketahui secara pasti oleh warga sekitar. Namun, suku Tapanuli yang tinggal di daerah tersebut menyebutnya sebagai pohon Baji-baji. Pohon ini tidak hanya menjadi penanda bagi para nelayan yang pulang melaut, tetapi juga memiliki cerita mistis yang membuat warga enggan menebangnya.

“Dulu, pohon ini sering dijadikan kompas oleh nelayan karena ketinggiannya mencapai 60 meter dan terlihat jelas dari laut,” ungkap Banjarnahor.

Pohon yang diduga jenis Baji-Baji ini dianggap angker oleh masyarakat setempat. Banyak yang percaya bahwa pohon ini dihuni oleh makhluk gaib yang menjaga desa. Oleh karena itu, warga sangat berhati-hati dan tidak berani menebang atau merusak pohon tersebut. Bahkan, pernah ada insiden di mana perangkat desa yang membakar sampah di bawah pohon didatangi oleh seorang tua yang misterius, yang meminta agar sampah tidak dibakar di dekat pohon. Setelah kejadian itu, orang tua tersebut menghilang tanpa jejak. Kisah ini jelas menambah kesan angker pohon tersebut.

“Pohon ini terkesan angker. Kalau dibilang, penunggu pohon ini adalah rajanya,” lanjut Banjarnahor.

Selain cerita mistis, pohon Baji-baji juga dipercaya memiliki khasiat medis oleh sebagian orang. Banjarnahor mengatak, sering orang dari luar daerah datang untuk mengambil daun pohon tersebut. Mereka percaya bahwa daun ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit jika mereka mengkonsumsinya atau mencampurnya dalam ramuan lain. Meskipun demikian, warga setempat jarang mengambil daun pohon ini karena takut melakukan hal serupa. Alasannya warga merasa “pamali” terhadap aura mistis yang diyakini ada di pohon tersebut.

“Banyak orang datang dari luar daerah untuk mengambil daun ini sebagai obat. Mereka yakin daun pohon ini dapat menyembuhkan penyakit. Namun, warga sekitar tidak pernah mengambilnya karena tidak berani,” jelas Banjarnahor.

Pohon besar yang menjadi cikal bakal nama Desa Kayu Besar ini kini dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat sebagai bagian dari warisan budaya. Keberadaannya bukan hanya sebagai penanda fisik, tetapi juga sebagai simbol kebijaksanaan dan sejarah desa. Cerita-cerita tentang pohon ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan Desa Kayu Besar lebih dari sekadar nama, melainkan sebuah tempat dengan sejarah yang hidup dan penuh makna. Meski lebih dikenal warga desa karena unsur mistis, namun keberadaan pohon ini menjadi semacam kearifan lokal yang mesti dirawat dan dijaga dengan segala pesan yang terkandung di baliknya.

Dengan segala cerita mistis dan kepercayaan masyarakat, pohon besar di Desa Kayu Besar tetap berdiri kokoh, menjadi saksi bisu perjalanan waktu dan perubahan zaman. Kehadirannya mengingatkan kita akan pentingnya menghormati dan melestarikan alam serta warisan budaya yang telah ada sejak lama. (Berbagai sumber/MC Sergai/Ini Sergai Loh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts