Mediacenter

Sejarah dan Keindahan Desa Dolok Sagala: Sebuah Perjalanan dari Masa ke Masa

Desa Dolok Sagala, yang terletak di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, adalah sebuah desa dengan luas wilayah sebesar 1.917,39 hektar. Desa ini terbagi menjadi lima wilayah administrasi yang dikenal sebagai Dusun I hingga Dusun V. Di antara dusun-dusun ini, Dusun III adalah yang terluas dengan luas mencapai 572,93 hektar, sementara Dusun IV memiliki luas terkecil, yakni 72,83 hektar.

Nama Dolok Sagala sendiri memiliki arti yang indah dalam bahasa Simalungun, yakni “Gunung yang Sempurna”. Hal ini mencerminkan keindahan alam dan kesempurnaan geografis yang dimiliki oleh desa ini.

Awal Mula dan Sejarah Penduduk

Pada masa lalu, penduduk asli Desa Dolok Sagala adalah etnis Simalungun yang merupakan raja-raja kecil sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1928, wilayah Desa Dolok Sagala adalah perkebunan tembakau yang dikuasai oleh Hindia Belanda dan dikenal dengan nama Bah Sumbu. Karena Bah Sumbu merupakan perkebunan besar, penduduk asli Simalungun mendirikan perkampungan yang diberi nama Dolok Sagala, yang saat itu berada di bawah kekuasaan raja-raja kecil di Dusun V.

Namun, pada tahun 1940-an, kebun tembakau yang dikelola oleh Hindia Belanda ditutup. Beberapa tahun setelahnya, eks perkebunan tersebut tidak bertuan hingga akhirnya pada tahun 1948 lahan tersebut dikuasai oleh masyarakat setempat dan terbentuklah Desa Dolok Sagala dengan Harjo Sumarto sebagai kepala desa pertama.

Pergolakan dan Perubahan

Pada tahun 1960, akibat situasi yang darurat, pemerintah mengganti kepala desa menjadi Sirhan. Setelah beberapa tahun memimpin dan keadaan mulai membaik, Sirhan ditarik oleh pemerintah dan Harjo Sumarto kembali menjadi penghulu. Pada tahun 1968, terjadi peristiwa penting ketika PT. Socfindo berusaha memperluas areal perkebunannya. Dengan memanfaatkan kepala desa dan situasi yang mencekam akibat gerakan PKI, masyarakat diintimidasi untuk menandatangani blanko kosong. Beberapa hari kemudian, tanah masyarakat di-buldozer oleh PT. Socfindo, dan mereka yang menolak menandatangani dianggap sebagai anggota PKI atau dipenjarakan.

Setelah kejadian tersebut, Desa Dolok Sagala berubah nama menjadi Desa Dolok Sagala Sarang Puah, tepatnya di Dusun III. Tidak lama setelah itu, pemerintahan desa pindah ke Dusun II yang dulunya disebut Kampong Cet. Pada tahun 1971, kepala desa Harjo Sumarto menjual tanah tapak rumahnya untuk melunasi tunggakan IPEDA atau PBB, dan tanah tersebut kemudian menjadi kantor desa yang digunakan hingga saat ini.

Kepemimpinan dan Perkembangan Desa

Seiring berjalannya waktu, Desa Dolok Sagala telah dipimpin oleh beberapa kepala desa yang telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan dan kemajuan desa. Para kepala desa tersebut antara lain:

1. Harjo Sumarto (1948-1960)

2. Sirhan (1960-1963)

3. Harjo Sumarto (1963-1971)

4. Kabanjahe Purba (1971-1993)

5. Sarwagiran Saragih (1993-2003)

6. Sudayat (2003-2014)

7. Mohammad Jamil (2014-2016)

8. Effendi (2016-sekarang)

Di bawah kepemimpinan mereka, Desa Dolok Sagala mengalami berbagai perubahan dan perkembangan. Desa ini disempurnakan menjadi Desa Dolok Sagala yang terbagi menjadi lima dusun. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979, istilah kepala kampung diubah menjadi kepala desa, dan desa ini tetap dikenal dengan nama Desa Dolok Sagala.

Keindahan dan Potensi Desa

Desa Dolok Sagala bukan hanya kaya akan sejarah, tetapi juga memiliki keindahan alam yang luar biasa. Dengan luas wilayah yang besar dan topografi yang beragam, desa ini menawarkan pemandangan yang memukau. Potensi agraris yang dimiliki oleh desa ini, termasuk perkebunan dan pertanian, menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakatnya.

Keunikan budaya dan tradisi Simalungun yang masih kental terasa di desa ini juga menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai kegiatan adat dan upacara tradisional masih dilakukan oleh masyarakat setempat, menjaga warisan leluhur mereka.

Dalam perjalanan sejarahnya, Desa Dolok Sagala telah melalui berbagai tantangan dan perubahan. Namun, semangat dan keteguhan masyarakatnya dalam menjaga dan membangun desa ini tetap kuat. Dengan segala potensinya, Desa Dolok Sagala terus berkembang menuju masa depan yang lebih baik, menjadi “Gunung yang Sempurna” dalam arti yang sesungguhnya. (Berbagai sumber/MC Sergai/Ini Sergai Loh).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts