Tradisi Ziarah Kubur Jelang Ramadan

Nuansa bulan suci Ramadan kian terasa. Hal ini terlihat dari berbagai kesibukan masyarakat dalam melakukan aktivitasnya dibeberapa hari terakhir ini. Salah satu aktivitas yang terlihat adalah saat masyarakat memadati pemakaman/perkuburan muslim menjelang bulan puasa untuk melakukan ritual ziarah kubur.

Mengunjungi makan untuk melakukan ziarah marak dilakukan umat Islam menjelang bulan Ramadan dan setelah salat sunah Idulfitri. Tentu saja intensitasnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Menurut hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah yang dikutip dari laman Suara.com bahwa melakukan ziarah kubur hukumnya adalah Sunnah, karena ketika melakukan ziarah kubur maka secara tidak langsung akan mengingatkan kita kepada kematian yang bisa datang kapanpun dan dimanapun.

Ziarah kubur memiliki arti mengunjungi makam orang yang sudah meninggal. Para penziarah turut mendoakan orang yang sudah tiada dengan membaca tahlil, selawat, atau surah-surah dalam Al-Qur’an.

Ustadz Abdul Somad alias UAS dalam laman Liputan6.com menerangkan, jika di zaman awal-awal Islam Rasulullah SAW melarang umatnya untuk berziarah kubur. Sabab, waktu itu ziarah kubur untuk sombong-menyombong. Itulah yang disindir Allah dalam Al-Qur’an surah At-Takasur.

Tapi kemudian ziarah kubur melembutkan hati. Kalau sudah hati lembut, meneteskan air mata, mengingatkan kepada mati, maka hadist yang melarang ziarah kubur itu hukumnya mansukhmansukh itu artinya terhapus,” kata UAS dikutip dari YouTube Ustadz Abdul Somad Official, 24 Maret 2022 lalu.

Masih kata UAS, Rasulullah SAW kemudian mempersilakan umatnya untuk ziarah kubur. Ia juga menziarahi kubur ayah dan ibunya. Beberapa hari menjelang meninggal, Rasulullah SAW menziarahi makam-makam sahabat di Uhud. Ziarah tersebut seolah mengucapkan selamat tinggal kepada orang-orang yang berada di Uhud.

“Jadi, tentang masalah ziarah kubur tidak ada ikhtilaf di antara ulama. Kita boleh berselisih pendapat kalau pada masalah itu ada ikhtilaf. Boleh kata Maliki, gak boleh kata Hambali. Boleh kata Syafi’i, tak boleh kata Hanafi,” terang UAS.

Hadist tentang ziarah kubur termasuk hadist qauli dan fi’li. Maka tidak ada yang bisa mengelak dari ziarah kubur. Sebab, kedua dalilnya menunjukkan tentang disunahkannya berziarah ke makam orang-orang beriman.

Ustad Abdul Somad juga berpendapat bahwa bulan mulia seperti Ramdan mesti disambut dengan kesucian hati. Salah satu menyucikan hati dengan cara mengingat mati melalui ziarah kubur. Maka dari itu, umat Islam memanfaatkan waktu di akhir-akhir Sya’ban untuk berziarah kubur.

Namun hendaknya ketika kita melakukan ziarah kubur maka kita wajib menjaga dan menghormati ketentuan dan larangan yang Allah tetapkan. Di antara yang dilarang dalam perbuatan ini yaitu berdoa dan memohon kepada ahli kubur agar mendapat rejeki yang banyak, agar mendapatkan jodoh untuk pasangan hidup, agar naik pangkat dan jabatan, agar dimenangkan dalam pemilu atau pilkada, dan juga untuk mendapatkan bocoran nomor judi buntut.

Termasuk perbuatan yang keliru dalam ziarah kubur adalah memohon kepada ahli kubur petunjuk agama dari perkara hukum-hukum syariah. Bertanya dan meminta petunjuk ilmu agama bukan dengan cara ke kuburan, melainkan dengan cara menuntut ilmu agama secara serius, telaten dan berkesinambungan. Juga diharamkan memberikan sesajen, sesembahan, sembelihan hewan, dengan keyakinan bahwa semua itu akan membahagiakan ahli kubur.

Masih dari laman Suara.com, ada beberapa yang harus diketahui urutan dan tata cara ziarah kubur menurut sunnah, yaitu; diutamakan berwudhu, mengucap salam kepada ahli kubur, memanjatkan doa kepada Alm/Almh, membaca ayat-ayat pendek Al-Quran, jangan menginjak bagian atas kuburan dan jangan bertindak berlebihan.

Tradisi ziarah kubur pun terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), di mana terdapat hampir diseluruh pemakaman muslim jika menjelang bulan Ramadan pasti dipadati oleh masyarakat yang akan melakukan ziarah kepada sanak saudaranya yang telah lebih dahulu menghadap sang Khalik.

Warga Dusun Sei Mulyo Desa Sei Bamban, Vian Chan mengatakan bahwa dirinya baru saja melakukan ziarah kubur ke makam kerabatnya.

“ Banyak sekali masyarakat yang berziarah, bukan hanya masyarakat Dusun Se Mulyo saja, namun banyak juga yang datang dari luar daerah,” imbuhnya.

Ia menuturkan, jika berziarah itu akan mengingatkan kita pada kematian, bahwa tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Oleh karenanya, dengan berziarah akan terus mengingatkan kita bahwa suatu saat kita juga akan berada di pemakaman ini, tutupnya. ( Dari berbagai sumber/ISL).

16.828 Views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *