Masjid Sulaimaniyah, Warisan Kesultanan Serdang

Kesultanan Serdang berdiri tahun 1723 dan bergabung dengan Republik Indonesia tahun 1946. Kesultanan ini meninggalkan setidaknya empat masjid di Serdang Bedagai (Sergai) dan Kabupaten tetangga. Bahkan dua di antara masjid tersebut masih mempertahankan arsitektur lawas yang saat itu dibangun dengan bahan yang salah satunya putih telur.

            Tak jauh dari kota Perbaungan, di sebelah kiri jalan menuju Pasar Bengkel, di sana terletak lokasi Masjid Sulaimaniyah. Bangunan rumah ibadah ini punya ciri khas Melayu yang dominan berwarna kuning dan atap berwarna hijau. Mungkin masjid ini bisa jadi salah satu peninggalan Kesultanan Serdang yang menjadi pintu masuk untuk napak tilas masa lalu kejayaan Kesultanan Serdang.

            Menurut cerita Muhammad Aslaluddin, kuasa nazir di Masjid Sulaimaniyah, masjid ini dibangun pada 1901 oleh Sultan Serdang Tuanku Sulaiman Syariful Alamsyah. Sambil menunjuk ke arah kanan masjid, Aslaluddin menjelaskan tentang beberapa makam yang ada di tanah wakaf itu.

            “ Jadi inilah makam Sultan Serdang beserta keturunannya. Yang paling besar itu adalah makam almarhum Tuanku Sulaiman Syariful Alamsyah,” jelas Aslaluddin.

            Masjid ini sebenarnya sudah beberapa kali mengalami pemugaran, terutama pada bagian luar, lantai, dan atap masjid. Namun untuk pondasi dan tiang yang menopang, Masjid Sulaimaniyah masih mempertahankan arsitektur asli.

            “ Sudah banyak perubahan di sini. Atapnya dulu berbentuk kubah bulat. Sekarang sudah berubah, begitu juga bagian keramiknya. Tapi pondasi yang digunakan masih pondasi lama, tiangnya juga masih tiang yang lama,” jelas Aslaluddin sambil menunjuk ke arah sekeliling masjid.

            “Ada empat masjid peninggalan Sultan Serdang, dua di antaranya masih mempertahankan bangunan lama, dibangun dengan bahan putih telur. Masjid-masjid itu letaknya di Pantai Cermin, di Rantau Panjang, Pantai Labu, dan di Kecamatan Lubuk Pakam,” sambung Aslaluddin.

            Pada prasasti yang terletak di depan masjid, dijelaskan tanggal 29 Juli 1889 Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah membuka Simpang Tiga Perbaungan dan mendirikan Istana Darul Arif di Kraton Kota Galuh. Kemudian, didirikan pula Masjid Sulaimaniyah yang akhirnya dibangun secara permanen pada 1901. Pada tahun 1939 Sultan Serdang mentauliahkan kenaziran masjid ini dan semua wakaf Sultan Serdang kepada Ketua Majelis Syar’i Kesultanan Serdang, Tengku Haji Yafizham.

            Pada 24 Maret 1964 Tengku Yafizham mentauliahkan kembali Masjid Sulaimaniyah kepada Tengku Luckman Sinar, Tengku Abunawar Sinar, Tengku Abukasim Sinar, dan Tengku Ziwar. Renovasi perdana dilakukan pada tahun 2004 hingga 2005. Kubah Masjid yang semula bulat direnovasi menjadi kubah mahligai khas Melayu. Juga renovasi interior masjid, pemasangan keramik, serat dibangunnya bilik toilet di sana.

            Tidak jauh dari Masjid Sulaimaniyah, terdapat replika Istana Kesultanan Serdang yang dibangun oleh Pemkab Sergai.

            “Sekitar 1 kilometer lebih dari sini, ada replika Istana Sultan Serdang. Kalau istana aslinya sudah tidak ada lagi karena dirubuhkan oleh Belanda,” kata Aslaluddin.

            Mencari replika Istana Kesultanan Serdang tidaklah sulit dari Masjid Sulaimaniyah akan tampak lintasan kereta api di sisi kanan jalan. Hanya sekitar 1 kilometer kita akan sampai di bangunan yang tingginya sekitar 8 meter itu.

            Arsitekturnya dibangun seperti rumah panggung, namun dengan pondasi dan bahan bangunan beton yang berbeda dengan istana aslinya. Ruangan bagian bawah bangunan berwarna kuning itu tampak tertutup rapat. Di sisi depan, kiri, dan kanannya terdapat tangga.

            Tidak berbeda dengan bagian bawah, ruangan-ruangan di lantai ataspun tertutup. Tidak banyak informasi yang didapat di sana kecuali sebuah prasasti peresmian gedung pada 7 Januari 2012 yang ditanda tangani oleh Tengku Erry Nuradi. Bangunan ini dijadikan kantor Dinas Kepemudaan, Olahraga, Pariwisata, dan Kebudayaan Kabupaten Serdang Bedagai.

            Di lantai atas sisi kiri bangunan terdapat museum. Di sekeliling replika istana itu terdapat beberapa bangunan dengan warna serupa kuning dan hijau yang merupakan komplek perkantoran Pemkab Sergai. (Berbagai sumber/ISL)

2.449 Views

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *