Mediacenter

Petani Muda dan Strategi Pendampingan

Pemerintah tengah memberikan perhatian khusus pada sektor pertanian, yang sayangnya semakin kurang diminati oleh generasi muda. Banyak dari mereka memandang pekerjaan di sektor pertanian sebagai sesuatu yang kotor, panas, dan kurang menjanjikan dari segi ekonomi. Namun, pemerintah ingin merubah pandangan ini karena sektor pertanian memiliki potensi besar dan keberlanjutannya sangat vital untuk ketersediaan pangan.

Melalui berbagai program pembinaan, pelatihan kewirausahaan, dan penyediaan sumber daya, pemerintah berupaya menciptakan lingkungan yang mendukung agar generasi muda tertarik dan terlibat aktif dalam pertanian. Peningkatan teknologi pertanian, praktik berkelanjutan, dan inovasi diharapkan dapat membuat sektor ini lebih menarik bagi generasi yang terkoneksi dengan teknologi dan informasi. Tujuannya adalah agar generasi muda melihat pertanian bukan hanya sebagai pekerjaan biasa, tetapi juga sebagai kontribusi positif terhadap keberlanjutan dan ketahanan pangan nasional.

Pemerintah tengah memberikan perhatian khusus pada sektor pertanian, yang sayangnya semakin kurang diminati oleh generasi muda. Banyak dari mereka memandang pekerjaan di sektor pertanian sebagai sesuatu yang kotor, panas, dan kurang menjanjikan dari segi ekonomi. Namun, pemerintah ingin merubah pandangan ini karena sektor pertanian memiliki potensi besar dan keberlanjutannya sangat vital untuk ketersediaan pangan.

Petani muda adalah istilah yang mengacu pada generasi muda yang terlibat dalam kegiatan pertanian. Mereka adalah individu yang berusia antara 19 hingga 39 tahun dan memiliki minat, keterlibatan, atau keterikatan dengan sektor pertanian.

1. Petani Pemula

Golongan ini biasanya adalah para muda yang terbiasa dan tertarik bekerja pada sektor pertanian atau peternakan, biasa membantu orang tua yang seringkali petani, tidak memiliki lahan, fresh graduate sekolah menengah, tidak memiliki dana untuk kuliah lagi dan berlatar Belakang Keluarga Petani:

Karakteristik seperti ini biasanya tidak memiliki akses atau kepemilikan lahan pertanian, sehingga mereka rentan bekerja sebagai buruh atau kerja serabutan (kuli bangunan, penjaga toko, tukang pikul dll)

Kebutuhan Utama: Mereka membutuhkan akses ke lahan pertanian dan pembinaan kewirausahaan untuk memulai usaha pertanian mereka.

Dukungan yang Diperlukan: Program penyediaan lahan atau akses ke lahan pertanian, pelatihan kewirausahaan, pembiayaan modal, serta bimbingan teknis mengenai praktik pertanian modern.

2. Pemuda Tani

Biasanya golongan ini sudah Memiliki Lahan dan Produk Pertanian tetapi Manajemen Masih Lemah:

Karakteristik: seperti ini biasanya mereka sudah memiliki lahan dan menghasilkan produk pertanian, namun manajemen usaha pertanian mereka masih lemah.

Kebutuhan Utama: Mereka membutuhkan peningkatan dalam manajemen usaha pertanian seperti pencatatan, pemasaran, dan strategi pengelolaan melalui program entrepreneurship atau kewirausahaan.

Dukungan yang Diperlukan: Pelatihan khusus dalam manajemen bagaimana memulai bisnis pertanian, melakukan pencatatan dan analisis usaha, pendampingan untuk meningkatkan efisiensi operasional, serta bimbingan dalam pemasaran produk.

3.Petani maju

Sudah Maju tetapi Perlu Pembinaan untuk pengembangan usaha dan jaringan  Pasar Ekspor dan Peningkatan Usaha:

Karakteristik: Mereka sudah maju dalam usaha pertanian, namun ingin meningkatkan kapasitas mereka menuju pasar ekspor dan peningkatan usaha.

Kebutuhan Utama: Mereka membutuhkan pembinaan dalam akses pasar ekspor, inovasi produk, dan peningkatan usaha yang berkelanjutan.

Dukungan yang Diperlukan: Bimbingan strategis untuk ekspansi pasar ekspor, pendanaan untuk inovasi dan pengembangan produk baru, serta bimbingan dalam peningkatan efisiensi usaha.

Membagi golongan petani muda berdasarkan situasi dan kebutuhan mereka memungkinkan pemerintah atau lembaga terkait untuk menyusun program-program yang lebih spesifik dan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masing-masing golongan

Dengan memahami karakteristik dan tantangan masing-masing kelompok, dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan unik mereka. Semoga strategi pembinaan bagi petani muda ini dapat bermanfaat bagi pemangku kepentingan dalam meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten khususnya.

Oleh : Meiliana Veronica Ginting, S.P, M.P

(penulis adalah Penyuluh Pertanian Ahli Muda pada Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts