Mediacenter

Tradisi “ Bakar Batu “ di Lubuk Dendang

Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya yang sangat kaya beserta etniknya, yang masing-masing memiliki lokalitas budaya tersendiri. Budaya-budaya lokal tersebut memiliki ciri khas yang berbeda dari tiaptiap daerah, termasuk tradisi bakar batu di Desa Lubuk Dendang, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai).

            Pada Tahun 1976 Masyarakat di daerah ini melakukan pembakaran batu bata. Pembuatan batu bata ini menggunakan kaki kerbau lalu dicetak menggunakan tilat padi. Alas batu bata menggunakan plastik/daun pisang (supaya tidak lengket/menyatu ke tanah).

            Tradisi bakar batu merupakan sebuah prosesi dalam pembuatan batu bata di Desa Lubuk Dendang. Pada zaman dahulu cara pembuatan batu bata di Desa Lubuk Dendang dilakukan dengan cara dicetak kering dan diinjak oleh kerbau agar semua bahan tercampur rata. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batu bata antara lain adalah tanah cabuk (tanah campuran), pasir (pasir kasar), galong, tanah merah, abu dan sekam padi yang kemudian diaduk secara merata dan setelah itu lalu di cetak dengan menggunakan kayu.

            Batu bata secara umum merupakan bahan yang digunakan untuk bangunan dan telah lama dikenal serta dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pabrik batu bata yang dibangun masyarakat untuk memproduksi batu bata. Penggunaan batu bata banyak digunakan untuk membangun dinding pada bangunan perumahan, bangunan gedung, pagar, saluran dan pondasi. Apabila batu bata rusak atau pecah, hal tersebut disebabkan oleh kadar air yang tidak sesuai dalam pengolahan bahan batu tersebut, serta dapat juga disebabkan oleh pembakaran dengan paksa yang mengakibatkan batu bata patah atau terbelah.

            Pembakaran batu di Desa Lubuk Dendang juga menggunakan ritual dengan membaca doa-doa selamat. Hal ini disebut juga sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang jumlahnya sangat banyak di Kabupaten Sergai termasuk Desa Lubuk Dendang. Hal ini dapat dilihat dari persamaan-persamaan kebudayaan suatu etnik. Selain persamaan-persamaan tesebut tampak juga adanya perbedaan-perbedaan yang memperlihatkan ciri khusus dari masing-masing kebudayaan setiap daerah, misalnya adat-istiadat, norma-norma, cara berkomunikasi, bahasa yang digunakan, kepercayaan pada hal-hal yang mistik, termasuk tata cara ritual Bakar Batu pada masyarakat Desa Lubuk Dendang. Secara umum tradisi lisan dapat diartikan sebagai suatu kumpulan segala sesuatu yang diketahui dan sesuatu yang biasa dikerjakan yang disampaikan dengan cara turun temurun melalui lisan dan telah menjadi kebudayaan masyarakatnya.

            Oleh masyarakat di Desa Lubuk Dendang dalam pembakaran batu juga harus mempunyai niat yang mana setiap orang yang mau membakar batu berniat bahwa tanah yang sudah di bakar tidak akan bujur menjadi tanah lagi. Selain itu untuk membuat tempat pembakaran batu pertama kali kita harus memanggil orang untuk bersedekah dan mendokan tempat tersebut, selain itu juga menyediakan 1 buah telur ayam kampung, 7 macam bunga/berjumlah ganjil. Untuk persyaratan bunga dan telur ini tidak hanya dilakukan 1 kali saja tetapi setiap kali pembakaran harus menyediakan dan di sertai dengan doa- doa selamat.

            Secara filosofis bagi masyarakat pemilik kebudayaan khususnya masyarakat Desa Lubuk Dendang, kegiatan tersebut merupakan warisan hidup dan pandangan hidup. Peranan tradisi ritual Bakar Batu pada masyarakat Desa Lubuk Dendang adalah sebagai syarat atau ritual agar batu bata yang dibuat nantinya memiliki kualitas yang bagus, tidak mudah pecah dan kokoh. Mekanisme adat warisan leluhur ini, pada umumnya menjadi pilihan utama yang digunakan oleh masyarakat Desa Lubuk Dendang. (Dikutip dari berbagai sumber/ISL).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Latest Posts